“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal di lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
[Matius 6: 26]
Ayat di atas merupakan cuplikan ayat dari suatu perikop di Alkitab yang cukup populer yaitu salah satu isi dari khotbah Tuhan Yesus di bukit. Ya, lembaga Alkitab Indonesia memberi judul “Hal Kekuatiran” yang pada intinya isinya mengajarkan kita bahwa kekuatiran tidak akan menambah sehasta saja pada jalan hidup kita, namun Tuhan Yesus hendak mengingatkan kita bahwa hal Kerajaan Allah dan kebenarannya jauh lebih penting daripada itu. Namun pernahkah kita bertanya mengapa Tuhan Yesus memakai satwa burung dalam salah satu perumpamaan-Nya dalam perikop ini?
Menjadi sangat menarik untuk mencari fakta tentang karakter satwa burung ini secara umum. Berikut adalah beberapa fakta yang saya dapatkan mengenai satwa burung ini.
KERJA KERAS
Ketika Tuhan Yesus meminta kita jangan kuatir, bukan berarti kita berpasrah diri tanpa melakukan apa-apa begitu saja. Ternyata kita dapat belajar tentang kerja keras dari satwa burung ini. Satwa ini akan bekerja keras untuk membangun sarangnya dan untuk mencari makan. Kita pun harus seperti satwa ini ketika bekerja dalam ladang-Nya Tuhan, oleh karena itu ada lagu yang mengatakan bahwa jangan lelah bekerja di landang-Nya Tuhan. Namun berbeda dengan satwa burung bahwa kita tidak bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri tetap Roh Kudus yang yang ikut campur tangan seperti lanjutan lagu tersebut bahwa Roh Kudus yang memberi kekuatan yang mengajar dan menopang.
KESETIAAN
Dalam salah satu tulisan di situsnya, National Geographic Indonesia menyebutkan 10 satwa paling setia dan 3 di antaranya adalah satwa burung. Satwa burung ini juga mengingatkan kita untuk berusaha tetap setia pada Tuhan. Namun meskipun kita manusia sering tidak setia pada Tuhan, Dia tetap setia (2 Timotius 2: 13). Jauh melebihi burung itu kita harus menguasai diri kita dalam segala hal, sabar menderita, tetap melakukan pekerjaan pemberitaan Injil dan menunaikan tugas pelayanan kita (2 Timotius 4: 5).
MENGAJAR & BELAJAR
Sebagai orangtua, satwa burung akan dengan tulus mengajar anak-anaknya untuk terbang dan sebaliknya sebagai anak, satwa ini pun tidak akan pernah lelah untuk belajar terbang meskipun harus rela berulang kali jatuh. Tuhan Yesus pun tak pernah lelah untuk mengajar murid-murid-Nya dan Ia pun tak pernah berhenti untuk belajar Firman Tuhan. Kita juga harus mengikuti apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa sesungguhnya Firman Tuhan mengajarkan kita berbagai aspek dalam kehidupan dunia ini juga, hal tersebut jugalah yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya.
TAHU KETERBATASAN
Ketika hujan turun satwa ini tau batas dirinya sehingga ia tidak akan memaksakan dirinya untuk terbang. Begitu juga kita, tidak boleh memaksakan diri dengan kekuatan diri kita. Ada 2 cara hidup orang Kristen, yang pertama adalah hidup untuk Tuhan dan yang kedua adalah Tuhan yang hidup dalam dirinya. Cara hidup yang pertama cenderung mendorong kita untuk melakukannya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Saat kita mengandalkan kekuatan sendiri, kita dihadapkan pada batas kemampuan kita sehingga akan berbalik kembali pada Tuhan. Kita harus mempersilakan Tuhan untuk mengekspresikan hidup-Nya dalam hidup kita, biarlah Dia yang bertahta atas hidup kita.
PEKA TERHADAP LINGKUNGAN
Satwa burung ini pada zaman dahulu dijadikan sinyal adanya badai oleh pelaut karena kepekaannya terhadap perubahan alam yang akan terjadi. Kita sebagai ciptaan Tuhan yang lebih sempurna haruslah peka juga tidak hanya dengan alam tetapi dengan lingkungan sekitar juga.
SEDERHANA
Satwa ini juga mengajarkan kita tentang kesederhanaan, seperti halnya yang disebutkan Tuhan Yesus bahwa satwa ini tidak mengumpulkan bekal. Jadi satwa ini ingin mengingatkan kita untuk tidak hidup bermegah diri namun seperti doa yang diajarkan Tuhan yaitu dengan mencukupkan diri. Kesederhanaan Paulus juga tercermin dalam perkataannya bahwa asal ada makanan dan pakaian, cukuplah bagi hidupnya (1 Timotius 6: 8).
Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita untuk semakin dekat dan semakin mengenal Dia setiap harinya. Biarlah semua kemuliaan hanya untuk Dia. Tuhan Yesus memberkati.
Soli Deo Gloria! 🙂